...and the truth is out there...

S E A R C H

Senin, 15 September 2008

Object Oriented Programming

I. PENDAHULUAN

1.1. SEJARAH OOP

Konsep OOP dimulai pertengahan 1960-an dengan sebuah bahasa program SIMULA kemudian dilanjutkan di era 70-an dengan SMALLTALK. Meskipun developer software tidak secara intensif mengembangkan OOP, tetapi metodologi object-oriented tetap digunakan sampai sekarang.
Pada pertengahan 80-an, bahasa OOP seperti C++ dan Eifle menjadi popular diantara programmer komputer. Popularitas OOP berlanjut pada tahun 90-an, banyak pengembang perangkat lunak menggunakan konsep OOP seperti yang dilakukan pada Java dan kemudian PHP yang menjadi popular sekarang. Di tahun 2002, versi terakhir dari Visual Studio, Microsoft-pun ikut memperkenalkan bahasa OOP baru yaitu C# (dibaca C-sharp) serta penyempurnaan Visual Basic 6.0 yang tidak mendukung OOP menjadi VB.NET sebagai bahasa pemrograman berorientasi obyek.

II. LATAR BELAKANG

2.1. OBJECT ORIENTED PROGRAMMING

Pemrograman berorientasi obyek yang dalam istilah Inggris disebut sebagai Object Oriented Programming (disingkat OOP) adalah salah satu pendekatan pemrograman atau paradigma untuk pengembangan / development suatu perangkat lunak komputer dimana dalam struktur perangkat lunak tersebut didasarkan kepada interaksi obyek penyelesaian suatu proses / tugas. Jika kita mencoba melihat bagaimana tugas disekitar kita diselesaikan, kita akan mengetahui bahwa kita berinteraksi dalam sebuah object-oriented world. Jika akan bepergian kita pasti berinteraksi dengan obyek mobil. Sebagai sebuah obyek, mobil berisi obyek-obyek lain yang berinteraksi untuk melakukan tugasnya membawa kita.
Sebuah program yang berorientasi obyek terdiri dari obyek-obyek yang berinteraksi satu sama lainnya untuk menyelesaikan sebuah tugas. Seperti dunia nyata, pengguna dari suatu perangkat lunak dilibatkan dari logika proses untuk menyelesaikan tugas. Contoh, ketika kita mencetak sebuah halaman di word processor, kita berarti melakukan inisialisasi tindakan dengan meng-klik tombol printer. Kemudian kita hanya menunggu respon dari komputer apakah perintah yang kita berikan tersebut sukses dieksekusi atau gagal, sedangkan proses yang terjadi sesungguhnya didalam internal komputer tidak kita ketahui. Tentunya setelah kita menekan tombol printer, maka secara simultan obyek tombol tersebut berinteraksi dengan obyek printer untuk menyelesaikan job tersebut.

2.2. MENGAPA MENGGUNAKAN OOP?

Mengapa OOP dibangun dalam sebuah paradigma yang luas untuk menyelesaikan masalah pekerjaan? Bahasa prosedural mengatur program dalam mode barisan linier yang bekerja dari atas ke bawah. Dengan kata lain, program adalah kumpulan dari tahapan yang dijalankan setelah yang lain berjalan. Programming tipe ini bekerja dengan baik untuk program kecil yang berisi code relative sedikit, tetapi pada saat program menjadi besar, mereka cenderung susah untuk di-manage dan di-debug. Dalam usaha untuk me-manage program, struktur programming diperkenalkan cara untuk mem-break down code-code tersebut melalui functions dan procedures.
Ini adalah sebuah langkah perbaikan, namun pada saat program dijalankan dalam sebuah fungsi pekerjaan yang kompleks dan berinteraksi dengan sistem lain, maka kelemahan dari struktur metodologi programming muncul kepermukaan meliputi:
• Program menjadi lebih susah untuk di maintain.
• Fungsi yang tersedia, susah untuk diubah tanpa harus mempengaruhi fungsi sistem secara keseluruhan.
• Programming tidak baik untuk team development. Programmer harus mengetahui setiap aspek bagaimana program itu bekerja dan tidak menyebabkan terisolasi usaha mereka atas aspek yang lain dari sistem.
• Butuh usaha yang keras untuk menterjemahkan Business Models dalam programming models.
• Mungkin dapat bekerja dengan baik pada saat terisolasi tapi tidak pada saat terintegrasi dengan sistem lain.
Sebagai hasilnya, banyak developer software beralih ke object-oriented methodologies dan programming languages untuk memecahkan masalah ini. Keuntungan dari object-oriented methodologies adalah sebagai berikut:
• Langkah ini merupakan sebuah transisi intuitive dari business analysis models menuju software implementation models.
• Kemampuan untuk memaintain dan menerapkan perubahan dalam program ini lebih efisien dan dengan cepat.
• Kemampuan untuk lebih efektif menciptakan sistem software dengan menggunakan sebuah team proses, yang mengijinkan seorang spesialis untuk bekerja hanya pada bagiannya saja.
• Kemampuan untuk menggunakan kembali komponen kode dalam suatu program dan membeli komponen dari developer lain untuk meningkatkan fungsi program mereka dengan usaha minimal.
• Integration lebih baik dengan pasangan bebas dalam distributed computing systems.
• Meningkatkan integration dengan modern operating systems.
• Kemampuan untuk menciptakan GUI yang lebih intuitive bagi users.

2.3. KARAKTERISTIK OOP

Disini, kita akan melihat beberapa konsep dasar dan term-term yang umum untuk seluruh bahasa OOP.
Pemrograman orientasi obyek menekankan konsep berikut:
Class - kumpulan atas definisi data dan fungsi-fungsi dalam suatu unit untuk suatu tujuan tertentu. Sebagai contoh ‘class of dog’ adalah suatu unit yang terdiri atas definisi-definisi data dan fungsi-fungsi yang menunjuk pada berbagai macam perilaku/turunan dari anjing. Sebuah class adalah dasar dari modularitas dan struktur dalam pemrograman berorientasi obyek. Sebuah class secara tipikal sebaiknya dapat dikenali oleh seorang non-programmer sekalipun terkait dengan domain permasalahan yang ada, dan kode yang terdapat dalam sebuah class sebaiknya (relatif) bersifat mandiri dan independen (sebagaimana kode tersebut digunakan jika tidak menggunakan OOP). Dengan modularitas, struktur dari sebuah program akan terkait dengan aspek-aspek dalam masalah yang akan diselesaikan melalui program tersebut. Cara seperti ini akan menyederhanakan pemetaan dari masalah ke sebuah program ataupun sebaliknya.
Obyek - membungkus data dan fungsi bersama menjadi suatu unit dalam sebuah program computer, obyek merupakan dasar dari modularitas dan struktur dalam sebuah program komputer berorientasi obyek.
Abstraksi - Kemampuan sebuah program untuk melewati aspek informasi yang diproses olehnya, yaitu kemampuan untuk memfokus pada inti. Setiap obyek dalam sistem melayani sebagai model dari “pelaku” abstrak yang dapat melakukan kerja, laporan dan perubahan keadaannya, dan berkomunikasi dengan obyek lainnya dalam sistem, tanpa mengungkapkan bagaimana kelebihan ini diterapkan. Proses, fungsi atau metode dapat juga dibuat abstrak, dan beberapa teknik digunakan untuk mengembangkan sebuah pengabstrakan.
Enkapsulasi - Memastikan pengguna sebuah obyek tidak dapat mengganti keadaan dalam dari sebuah obyek dengan cara yang tidak layak, hanya metode dalam obyek tersebut yang diberi ijin untuk mengakses keadaannya. Setiap obyek mengakses interface yang menyebutkan bagaimana obyek lainnya dapat berinteraksi dengannya. Obyek lainnya tidak akan mengetahui dan tergantung kepada representasi dalam obyek tersebut.
Polimorfisme - melalui pengiriman pesan. Tidak bergantung kepada pemanggilan subrutin, bahasa oriented obyek dapat mengirim pesan, metode tertentu yang berhubungan dengan sebuah pengiriman pesan tergantung kepada obyek tertentu di mana pesa tersebut dikirim. Contohnya, bila sebuah burung menerima pesan “gerak cepat”, dia akan menggerakan sayapnya dan terbang. Bila seekor singa menerima pesan yang sama, dia akan menggerakkan kakinya dan berlari. Keduanya menjawab sebuah pesan yang sama, namun yang sesuai dengan kemampuan hewan tersebut. Ini disebut polimorfisme karena sebuah variabel tungal dalam program dapat memegang berbagai jenis obyek yang berbeda selagi program berjalan, dan teks program yang sama dapat memanggil beberapa metode yang berbeda di saat yang berbeda dalam pemanggilan yang sama. Hal ini berlawanan dengan bahasa fungsional yang mencapai polimorfisme melalui penggunaan fungsi kelas-pertama.
Inheritas - Mengatur polimorfisme dan enskapsulasi dengan mengijinkan obyek didefinisikan dan diciptakan dengan jenis khusus dari obyek yang sudah ada, obyek-obyek ini dapat membagi (dan memperluas) perilaku mereka tanpa haru mengimplementasi ulang perilaku tersebut (bahasa berbasis-obyek tidak selalu memiliki inheritas.)
Dengan menggunakan OOP maka dalam melakukan pemecahan suatu masalah kita tidak melihat bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah tersebut (terstruktur) tetapi obyek-obyek apa yang dapat melakukan pemecahan masalah tersebut. Sebagai contoh anggap kita memiliki sebuah departemen yang memiliki manager, sekretaris, petugas administrasi data dan lainnya. Misal manager tersebut ingin memperoleh data dari bag administrasi maka manager tersebut tidak harus mengambilnya langsung tetapi dapat menyuruh petugas bag administrasi untuk mengambilnya. Pada kasus tersebut seorang manager tidak harus mengetahui bagaimana cara mengambil data tersebut tetapi manager bisa mendapatkan data tersebut melalui obyek petugas administrasi. Jadi untuk menyelesaikan suatu masalah dengan kolaborasi antar obyek-obyek yang ada karena setiap obyek memiliki job description-nya sendiri.

2.4. OBP : OBJECT BASED PROGRAMMING

Di dalam pengertian teknisnya, istilah “Bahasa Berbasis Obyek” (istilah Inggris “Object Based Programming” dan disingkat “OBP”) digunakan untuk menjelaskan bahasa-bahasa program yang didasarkan pada ide enkapsulasi baik status ataupun operasinya. Sebuah bahasa yang Object-based tidak perlu mendukung warisan atau subtyping, sehingga belum tentu sebuah bahasa yang berbasis obyek dikatakan sebagai bahasa berorientasi obyek.
Membingungkan memang, tetapi memang harus demikian. Kalau begini, kita kembali harus berpijak kepada kenapa konsep OOP itu diciptakan? Jawaban akhirnya ialah OOP diciptakan untuk mempermudah kita sebagai programmer menciptakan karya kita. Apalah artinya OOP jika kemampuan utamanya; Inheritance, Encapsulation dan Polymorphism tidak ada?
Jadi, Object Based bukan Object Oriented.
Suatu contoh suatu bahasa yang adalah object-based tetapi tidak berorientasi obyek adalah Visual Basic (VB). VB mendukung obyek kedua-duanya dan kelas, tetapi bukan warisan, maka [itu] tidak mengkwalifikasikan berorientasi menolak.
Kadang-kadang istilah object-based diberlakukan bagi bahasa prototype-based sebuah bahasa berorientasi obyek yang tidak mempunyai kelas, tetapi di mana obyek sebagai gantinya menerima warisan data dan kode mereka secara langsung dari template obyek lainnya. Suatu contoh suatu bahasa prototype-based yang sering digunakan adalah Javascript.

III. OBJECT ORIENTED PROGRAMMING & OBJECT BASED PROGRAMMING

“Polymorphism adalah salah satu dari tiga kemampuan yang mendasar yang dimiliki oleh OOP, setelah data abstraction dan inheritance.”
Polymorphism menyediakan cara yang berbeda pada pemisahan interface dari implementasinya, untuk memasangkan ulang apa dari bagaimana. Polymorphism memberikan organisasi kode yang lebih baik dan kode menjadi lebih mudah dibaca, juga memberikan suatu kemampuan pada program untuk berkembang secara terus menerus baik pada tahap pengembangan awal ataupun pada saat ingin menambahkan kemampuan-kemampuan yang baru.
Encapsulation membuat tipe data yang baru dengan mengkombinasikan karakteristik-karakteristik dan perilaku-perilaku. Dengan menggunakan kata kunci private kita dapat menyembunyikan interface dari implementasi. Cara yang seperti ini dapat memudahkan para programmer yang mempunyai background prosedural. Tetapi polymorphism menangani decoupling dalam bentuk types. Kita mengetahui kalau inheritance memperbolehkan perlakuan yang sama pada object turunan maupun object asal. Kemampuan ini sangat penting karena memperbolehkan beberapa tipe yang ada (turunan dari tipe asal yang sama) mendapat perlakuan seperti kalau mereka itu satu tipe, dan hanya dibutuhkan satu kode saja untuk mengakses keseluruhan tipe yang ada. Metode polymorphism ini memperbolehkan untuk memanggil satu tipe untuk mengekspresikan perbedaannya dari tipe yang lainnya, yang sejenis, selama mereka diturunkan dari tipe asal yang sama. Perbedaan ini diekspresikan melalui perbedaan-perbedaan dalam perilaku dari metoda-metoda yang dapat kita panggil dari class asal.
Dalam pembahasan ini kita akan menjelaskan tentang polymorphism (juga disebut sebagai dynamic binding atau late binding atau run-time binding) mulai dari yang paling dasar, dengan contoh yang membeberkan tentang pengaruh polymophism dalam program yang akan dibuat.
Sebelumnya kita mengetahui kalau sebuah object dapat digunakan sebagai tipenya sendiri atau sebagai object dari tipe asalnya. Mengambil handle sebuah object dan memperlakukannya sebagai handle dari tipe asal disebut sebagai upcasting karena urutan dari cabang-cabang inheritance digambarkan class asal terletak yang paling atas.
Kita juga akan menemui sebuah masalah seperti yang tertera dari kode berikut ini:
//: Music.java
// Inheritance & upcasting
package c07;
class Note {
private int value;
private Note(int val) { value = val; }
public static final Note
middleC = new Note(0),
cSharp = new Note(1),
cFlat = new Note(2);
} // Etc.
class Instrument {
public void play(Note n) {
System.out.println(\”Instrument.play()\”);
}
}
// Wind objects are instruments
// because they have the same interface:
class Wind extends Instrument {
// Redefine interface method:
public void play(Note n) {
System.out.println(\”Wind.play()\”);
}
}
public class Music {
public static void tune(Instrument i) {
// …
i.play(Note.middleC);
}
public static void main(String[] args) {
Wind flute = new Wind();
tune(flute); // Upcasting
}
} ///:~
Metode diatas Music.tune() menerima sebuah handle Instrument, tetapi juga segala sesuatunya yang diturunkan dari Instrument. Didalam main(), kita dapat melihat semua ini terjadi sebagai sebuah handle Wind dilewatkan ke tune(), dengan tanpa cast sama sekali. Ini semua masih dapat diterima, interface dari Instrument harus muncul didalam Wind, karena Wind diturunkkan dari Instrument. Upcasting dari Wind ke Instrument bisa membuat “narrow” pada interface tersebut, tapi semua ini tidak dapat mengurangi interface keseluruhan dari Instrument.
Program berikut ini mungkin akan tampak aneh. Mengapa kita secara sengaja melupakan tipe dari sebuah object ? Ini semua dapat terjadi bila kita melakukan upcast, dan menjadikannya kelihatan seperti kalau tune() secara langsung mengambil handle dari Wind sebagai sebuah argumen. Ini semua membuat sesuatu yang mendasar : Kalau kita melakukannya, kita harus menuliskan tune() yang baru untuk setiap Instrument didalam system kita. Anggap saja kita mengikuti alasan ini dan menambahkan instrument Stringed dan Brass :
//: Music2.java
// Overloading instead of upcasting
class Note2 {
private int value;
private Note2(int val) { value = val; }
public static final Note2
middleC = new Note2(0),
cSharp = new Note2(1),
cFlat = new Note2(2);
} // Etc.
class Instrument2 {
public void play(Note2 n) {
System.out.println(\”Instrument2.play()\”);
}
}
class Wind2 extends Instrument2 {
public void play(Note2 n) {
System.out.println(\”Wind2.play()\”);
}
}
class Stringed2 extends Instrument2 {
public void play(Note2 n) {
System.out.println(\”Stringed2.play()\”);
}
}
class Brass2 extends Instrument2 {
public void play(Note2 n) {
System.out.println(\”Brass2.play()\”);
}
}
public class Music2 {
public static void tune(Wind2 i) {
i.play(Note2.middleC);
}
public static void tune(Stringed2 i) {
i.play(Note2.middleC);
}
public static void tune(Brass2 i) {
i.play(Note2.middleC);
}
public static void main(String[] args) {
Wind2 flute = new Wind2();
Stringed2 violin = new Stringed2();
Brass2 frenchHorn = new Brass2();
tune(flute); // No upcasting
tune(violin);
tune(frenchHorn);
}
} ///:~
Kode diatas dapat dijalankan, tetapi disana ada kekurangan terbesar. Kita harus menuliskan metoda tipe yang spesifik untuk setiap class Instrument2 yang baru kita tambahkan. Ini semua berarti makin banyak kode yang akan kita tulis, tetapi juga berarti kalau kita ingin menambahkan sebuah metoda baru seperti tune() atau sebuah tipe baru dari Instrument, kita mendapatkan kalau perkerjaan kita makin banyak. Dengan menambahkan fakta bahwa kompiler tidak akan memberikan pesan-pesan kesalahan kalau kita lupa meng-overload salah satu dari metoda-metoda kita dan seluruh proses pekerjaan dengan tipe menjadi tidak dapat ditangani.
Bukankah dapat menjadi lebih menyenangkan kalau kita hanya menuliskan satu metoda saja yang dapat mengambil class asal sebagai argumennya, dan bukan dari semua class-class turunannya. Itulah memang lebih memudahkan bila kita melupakan adanya class-class turunan, dan menuliskan kode yang hanya berkomunikasi dengan class asal?
Itulah apa yang disediakan oleh polymorphism. Walau bagaimanapun kebanyakan programmer (yang berasal dari latar belakang prosedural) mempunyai sedikit kesulitan untuk beradaptasi dengan polymorphism.

IV. Kesimpulan

“Dengan polymorphism pekerjaan seorang programmer dapat dimudahkan menuliskan kode yang lebih sedikit. Untuk mengakses class-class turunan tidak dibutuhkan penulisan kode yang berlainan.”
Visual Basic merupakan bahasa yang Object Based namun tidak Object Oriented. Beberapa karakteristik obyek tidak dapat dilakukan pada Visual Basic, seperti Inheritance tidak dapat dilakukan pada class module. Polymorphism secara terbatas bisa dilakukan dengan mendeklarasikan class module yang memiliki Interface tertentu.

V. Daftar Pustaka

-http://id.wikipedia.org/wiki/Pemrograman_Berorientasi_Objek
-http://www.ilmuwebsite.com/detil_php_kuliah/21/Lebih_dalam_dengan_OOP/
-http://www.mideis.com/node/28
-http://ilmukomputer.com/2006/09/14/memahami-konsep-oop-dengan-c/
-http://www.shareilmu.com/konsep-inheritance-pada-java

Selasa, 09 September 2008

Belajar menjadi hacker

(Diolah dari berbagai sumber)

Hacker dengan keahliannya dapat melihat & memperbaiki kelemahan perangkat lunak di komputer; biasanya kemudian di publikasikan secara terbuka di Internet agar sistem menjadi lebih baik. Sialnya, segelintir manusia berhati jahat menggunakan informasi tersebut untuk kejahatan - mereka biasanya disebut cracker. Pada dasarnya dunia hacker & cracker tidak berbeda dengan dunia seni, disini kita berbicara seni keamanan jaringan Internet.

Saya berharap ilmu keamanan jaringan di tulisan ini digunakan untuk hal-hal yang baik - jadilah Hacker bukan Cracker. Jangan sampai anda terkena karma karena menggunakan ilmu untuk merusak milik orang lain. Apalagi, pada saat ini kebutuhan akan hacker semakin bertambah di Indonesia dengan semakin banyak dotcommers yang ingin IPO di berbagai bursa saham. Nama baik & nilai sebuah dotcom bisa jatuh bahkan menjadi tidak berharga jika dotcom di bobol. Dalam kondisi ini, para hacker di harapkan bisa menjadi konsultan keamanan bagi para dotcommers tersebut - karena SDM pihak kepolisian & aparat keamanan Indonesia amat sangat lemah & menyedihkan di bidang Teknologi Informasi & Internet. Apa boleh buat cybersquad, cyberpatrol swasta barangkali perlu di budayakan untuk survival dotcommers Indonesia di Internet.
Berbagai teknik keamanan jaringan Internet dapat di peroleh secara mudah di Internet antara lain di http://www.sans.org, http://www.rootshell.com, http://www.linuxfirewall.org/, http://www.linuxdoc.org,http://www.cerias.purdue.edu/coast/firewalls/, http://www.redhat.com/mirrors/LDP/HOWTO/. Sebagian dari teknik ini berupa buku-buku yang jumlah-nya beberapa ratus halaman yang dapat di ambil secara cuma-cuma (gratis). Beberapa Frequently Asked Questions (FAQ) tentang keamanan jaringan bisa diperoleh di http://www.iss.net/vd/mail.html, http://www.v-one.com/documents/fw-faq.htm. Dan bagi para experimenter beberapa script / program yang sudah jadi dapat diperoleh antara lain di http://bastille-linux.sourceforge.net/, http://www.redhat.com/support/docs/tips/firewall/firewallservice.html.

Bagi pembaca yang ingin memperoleh ilmu tentang jaringan dapat di download secara cuma-cuma dari http://pandu.dhs.org, http://www.bogor.net/idkf/, http://louis.idaman.com/idkf. Beberapa buku berbentuk softcopy yang dapat di ambil gratis dapat di ambil dari http://pandu.dhs.org/Buku-Online/. Kita harus berterima kasih terutama kepada team Pandu yang dimotori oleh I Made Wiryana untuk ini. Pada saat ini, saya tidak terlalu tahu adanya tempat diskusi Indonesia yang aktif membahas teknik-teknik hacking ini - tetapi mungkin bisa sebagian di diskusikan di mailing list lanjut seperti kursus-linux@yahoogroups.com & linux-admin@linux.or.id yang di operasikan oleh Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) http://www.kpli.or.id.

Cara paling sederhana untuk melihat kelemahan sistem adalah dengan cara mencari informasi dari berbagai vendor misalnya di http://www.sans.org/newlook/publications/roadmap.htm#3b tentang kelemahan dari sistem yang mereka buat sendiri. Di samping, memonitoring berbagai mailing list di Internet yang berkaitan dengan keamanan jaringan seperti dalam daftar http://www.sans.org/newlook/publications/roadmap.htm#3e.

Dijelaskan oleh Front-line Information Security Team, "Techniques Adopted By 'System Crackers' When Attempting To Break Into Corporate or Sensitive Private Networks," fist@ns2.co.uk http://www.ns2.co.uk. Seorang Cracker umumnya pria usia 16-25 tahun. Berdasarkan statistik pengguna Internet di Indonesia maka sebetulnya mayoritas pengguna Internet di Indonesia adalah anak-anak muda pada usia ini juga. Memang usia ini adalah usia yang sangat ideal dalam menimba ilmu baru termasuk ilmu Internet, sangat disayangkan jika kita tidak berhasil menginternetkan ke 25000 sekolah Indonesia s/d tahun 2002 - karena tumpuan hari depan bangsa Indonesia berada di tangan anak-anak muda kita ini.

Nah, para cracker muda ini umumnya melakukan cracking untuk meningkatkan kemampuan / menggunakan sumber daya di jaringan untuk kepentingan sendiri. Umumnya para cracker adalah opportunis. Melihat kelemahan sistem dengan mejalankan program scanner. Setelah memperoleh akses root, cracker akan menginstall pintu belakang (backdoor) dan menutup semua kelemahan umum yang ada.

Seperti kita tahu, umumnya berbagai perusahaan / dotcommers akan menggunakan Internet untuk (1) hosting web server mereka, (2) komunikasi e-mail dan (3) memberikan akses web / internet kepada karyawan-nya. Pemisahan jaringan Internet dan IntraNet umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik / software Firewall dan Proxy server. Melihat kondisi penggunaan di atas, kelemahan sistem umumnya dapat di tembus misalnya dengan menembus mailserver external / luar yang digunakan untuk memudahkan akses ke mail keluar dari perusahaan. Selain itu, dengan menggunakan agressive-SNMP scanner & program yang memaksa SNMP community string dapat mengubah sebuah router menjadi bridge (jembatan) yang kemudian dapat digunakan untuk batu loncatan untuk masuk ke dalam jaringan internal perusahaan (IntraNet).

Agar cracker terlindungi pada saat melakukan serangan, teknik cloacking (penyamaran) dilakukan dengan cara melompat dari mesin yang sebelumnya telah di compromised (ditaklukan) melalui program telnet atau rsh. Pada mesin perantara yang menggunakan Windows serangan dapat dilakukan dengan melompat dari program Wingate. Selain itu, melompat dapat dilakukan melalui perangkat proxy yang konfigurasinya kurang baik.
Setelah berhasil melompat dan memasuki sistem lain, cracker biasanya melakukan probing terhadap jaringan dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, misalnya (1) menggunakan nslookup untuk menjalankan perintah 'ls ' , (2) melihat file HTML di webserver anda untuk mengidentifikasi mesin lainnya, (3) melihat berbagai dokumen di FTP server, (4) menghubungkan diri ke mail server dan menggunakan perintah 'expn ', dan (5) mem-finger user di mesin-mesin eksternal lainnya.

Langkah selanjutnya, cracker akan mengidentifikasi komponen jaringan yang dipercaya oleh system apa saja. Komponen jaringan tersebut biasanya mesin administrator dan server yang biasanya di anggap paling aman di jaringan. Start dengan check akses & eksport NFS ke berbagai direktori yang kritis seperti /usr/bin, /etc dan /home. Eksploitasi mesin melalui kelemahan Common Gateway Interface (CGI), dengan akses ke file /etc/hosts.allow.

Selanjutnya cracker harus mengidentifikasi komponen jaringan yang lemah dan bisa di taklukan. Cracker bisa mengunakan program di Linux seperti ADMhack, mscan, nmap dan banyak scanner kecil lainnya. Program seperti 'ps' & 'netstat' di buat trojan (ingat cerita kuda troya? dalam cerita klasik yunani kuno) untuk menyembunyikan proses scanning. Bagi cracker yang cukup advanced dapat mengunakan aggressive-SNMP scanning untuk men-scan peralatan dengan SNMP.

Setelah cracker berhasil mengidentifikasi komponen jaringan yang lemah dan bisa di taklukan, maka cracker akan menjalan program untuk menaklukan program daemon yang lemah di server. Program daemon adalah program di server yang biasanya berjalan di belakang layar (sebagai daemon / setan). Keberhasilan menaklukan program daemon ini akan memungkinkan seorang Cracker untuk memperoleh akses sebagai 'root' (administrator tertinggi di server).

Untuk menghilangkan jejak, seorang cracker biasanya melakukan operasi pembersihan 'clean-up' operation dengan cara membersihkan berbagai log file. Dan menambahkan program untuk masuk dari pintu belakang 'backdooring'. Mengganti file .rhosts di /usr/bin untuk memudahkan akses ke mesin yang di taklukan melalui rsh & csh.
Selanjutnya seorang cracker dapat menggunakan mesin yang sudah ditaklukan untuk kepentingannya sendiri, misalnya mengambil informasi sensitif yang seharusnya tidak dibacanya; mengcracking mesin lain dengan melompat dari mesin yang di taklukan; memasang sniffer untuk melihat / mencatat berbagai trafik / komunikasi yang lewat; bahkan bisa mematikan sistem / jaringan dengan cara menjalankan perintah 'rm -rf / &'. Yang terakhir akan sangat fatal akibatnya karena sistem akan hancur sama sekali, terutama jika semua software di letakan di harddisk. Proses re-install seluruh sistem harus di lakukan, akan memusingkan jika hal ini dilakukan di mesin-mesin yang menjalankan misi kritis.

Oleh karena itu semua mesin & router yang menjalankan misi kritis sebaiknya selalu di periksa keamanannya & di patch oleh software yang lebih baru. Backup menjadi penting sekali terutama pada mesin-mesin yang menjalankan misi kritis supaya terselamatkan dari ulah cracker yang men-disable sistem dengan 'rm -rf / &'.
Bagi kita yang sehari-hari bergelut di Internet biasanya justru akan sangat menghargai keberadaan para hacker (bukan Cracker). Karena berkat para hacker-lah Internet ada dan dapat kita nikmati seperti sekarang ini, bahkan terus di perbaiki untuk menjadi sistem yang lebih baik lagi. Berbagai kelemahan sistem di perbaiki karena kepandaian rekan-rekan hacker yang sering kali mengerjakan perbaikan tsb. secara sukarela karena hobby-nya. Apalagi seringkali hasil hacking-nya di sebarkan secara cuma-cuma di Internet untuk keperluan masyarakat Internet. Sebuah nilai & budaya gotong royong yang mulia justru tumbuh di dunia maya Internet yang biasanya terkesan futuristik dan jauh dari rasa sosial.

Pengembangan para hobbiest hacker ini menjadi penting sekali untuk keberlangsungan / survival dotcommers di wahana Internet Indonesia. Sebagai salah satu bentuk nyatanya, dalam waktu dekat Insya Allah sekitar pertengahan April 2001 akan di adakan hacking competition di Internet untuk membobol sebuah server yang telah di tentukan terlebih dahulu.

Mudah-mudahan semua ini akan menambah semangat pembaca, khususnya pembaca muda, untuk bergerak di dunia hacker yang mengasyikan dan menantang. Kalau kata Captain Jean Luc Picard di Film Startrek Next Generation, "To boldly go where no one has gone before".